Mengatasi Bullying
Dalam Islam
Bullying atau perundungan adalah salah satu tantangan yang sering dihadapi di lingkungan sekolah. Dalam Islam, segala bentuk ketidakadilan dan kezaliman, termasuk bullying, sangat dilarang. Al-Quran dan Hadis memberikan panduan yang jelas tentang cara berinteraksi dengan sesama, mengedepankan nilai-nilai akhlak mulia, serta mengajarkan rasa hormat dan kasih sayang.
Berikut ini adalah beberapa langkah mengatasi bullying di sekolah berdasarkan ajaran Islam:
baca juga (Stop Bullying di Sekolah)
1. Menanamkan Akhlak Mulia Sejak Dini
Islam sangat menekankan pentingnya akhlak yang baik. Dalam Al-Quran, Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab: 21)
Rasulullah ﷺ adalah contoh sempurna dalam berakhlak mulia. Salah satu sifat yang harus ditanamkan kepada santri sejak dini adalah tidak menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Hadis Rasulullah ﷺ menyebutkan:
“Seorang Muslim adalah orang yang orang lain selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan menanamkan nilai-nilai ini, santri diajarkan untuk menghormati dan melindungi sesama, bukan menyakiti.
2. Mencegah Perilaku Zalim dan Mendorong Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Bullying adalah bentuk kezaliman. Islam melarang segala bentuk kezaliman, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 57)
Orang yang melakukan bullying sejatinya sedang berbuat zalim kepada orang lain. Oleh karena itu, penting bagi para pendidik dan santri untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran). Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Ini berarti, apabila santri melihat temannya di-bully, mereka harus berani mengambil sikap untuk menghentikannya, baik dengan menegur langsung atau melaporkannya kepada pihak yang berwenang di sekolah.
3. Mendidik dengan Keteladanan dan Empati
Para ulama salaf menekankan pentingnya keteladanan dalam pendidikan. Anak-anak sering kali meniru perilaku yang mereka lihat di lingkungan sekitar. Oleh karena itu, guru, orang tua, dan orang dewasa lainnya harus menjadi contoh dalam menunjukkan empati, kasih sayang, dan kepedulian terhadap orang lain.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menyebutkan bahwa pendidikan yang efektif adalah dengan kelembutan, bukan dengan kekerasan atau ketegasan yang berlebihan. Jika seorang santri diajarkan untuk memahami perasaan orang lain dan menghargai setiap individu, mereka akan tergerak untuk bersikap baik dan menghindari perilaku bullying.
4. Membentuk Lingkungan Sekolah yang Islami
Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi setiap santri. Dalam pandangan Islam, sekolah harus memiliki lingkungan yang mendukung ukhuwah Islamiyah, di mana santri diajarkan untuk saling menyayangi dan menolong. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh, jika satu bagian tubuh merasa sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan sakitnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Untuk menciptakan lingkungan seperti ini, sekolah bisa mengadakan program pembelajaran akhlak secara terstruktur, memperkuat ukhuwah antar santri, serta menyelesaikan konflik dengan cara yang baik dan Islami.
5. Memberikan Nasihat dan Hukuman yang Proporsional
Dalam kasus bullying, Islam mengajarkan agar pelaku diberikan nasihat terlebih dahulu sebelum dijatuhi hukuman. Rasulullah ﷺ selalu menekankan pentingnya memberi peringatan sebelum mengambil tindakan. Namun, jika peringatan tersebut tidak diindahkan, maka hukuman yang bersifat mendidik bisa diterapkan.
Ibnu Taimiyah, seorang ulama salaf, berpendapat bahwa hukuman harus bersifat ta’dib (mendidik) dan tidak boleh dilakukan dengan niat untuk menyakiti. Hukuman yang diberikan juga harus proporsional dan adil, sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh pelaku bullying.
6. Mendorong Santri yang Menjadi Korban untuk Bersabar dan Mencari Pertolongan
Dalam Islam, kesabaran adalah salah satu sifat yang sangat dianjurkan, terutama ketika menghadapi cobaan atau ujian. Namun, ini tidak berarti santri yang menjadi korban bullying harus diam saja tanpa mencari bantuan. Mereka dianjurkan untuk mencari pertolongan dari pihak yang berwenang, seperti guru atau kepala sekolah.
Al-Quran menegaskan pentingnya mencari pertolongan dalam kesulitan:
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat…” (QS. Al-Baqarah: 45)
Seorang muslim harus memiliki keberanian untuk menghadapi segala bentuk ketidakadilan, termasuk bullying, dengan cara yang baik dan penuh hikmah. Dalam ajaran Islam, kita diajarkan untuk selalu bersikap tegas namun tetap menjaga adab dan akhlak.
Jika seorang santri mengalami bullying, dia tidak boleh hanya diam dan pasrah. Islam mengajarkan bahwa kita harus melawan kezaliman dengan cara yang bijaksana. Allah berfirman dalam Al-Quran:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
Ayat ini menegaskan bahwa kita harus berani melawan perilaku buruk seperti bullying dengan kebaikan dan ketakwaan. Langkah pertama adalah menasehati pelaku dengan kata-kata yang lembut dan bijaksana. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Dengan demikian, jika seorang santri dibully, dia harus berusaha menyampaikan bahwa tindakan tersebut salah. Jika memungkinkan, dia dapat berbicara langsung kepada pelaku dengan tenang dan tegas, menjelaskan bahwa perbuatan tersebut menyakiti orang lain dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Namun, jika upaya tersebut tidak berhasil, santri tersebut dianjurkan untuk mencari bantuan dari pihak yang berwenang, seperti guru atau kepala sekolah, sesuai dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar. Rasulullah ﷺ tidak pernah mengajarkan kita untuk membalas keburukan dengan keburukan, melainkan dengan cara yang adil dan penuh hikmah.
Selain itu, Islam juga mengajarkan untuk tetap sabar dalam menghadapi ujian, termasuk ketika menghadapi perilaku buruk orang lain. Namun, kesabaran ini bukan berarti membiarkan kezaliman terus berlanjut. Seorang Muslim harus menunjukkan bahwa dia kuat dan berani, tetapi tetap menjaga akhlak mulia, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ.
7. Santri Harus Berani Mempertahankan Haknya.
Seorang santri memiliki hak untuk membela diri ketika haknya diambil secara zhalim, sebagaimana disampaikan dalam hadits Nabi ﷺ:
“من قتل دون ماله فهو شهيد”
“Barang siapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia syahid.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa seseorang yang mempertahankan hartanya dari perampasan secara zalim hingga terbunuh, maka ia mendapatkan status syahid di sisi Allah.
Islam mengajarkan keseimbangan antara sikap sabar dan tegas. Ketika seorang santri menghadapi perampasan hak yang jelas, seperti diintimidasi atau diambil barangnya secara paksa, ia diperbolehkan untuk membela dirinya dalam batas-batas yang diperkenankan oleh syariat, selama tidak menimbulkan kerusakan yang lebih besar.
Pembelaan diri ini bukanlah tindakan agresi, tetapi bagian dari menjaga keadilan dan menghentikan kezaliman. Namun, santri tetap harus berusaha menyelesaikan permasalahan dengan cara yang baik terlebih dahulu, seperti melaporkan kepada pihak berwenang atau mencari mediasi. Hanya jika semua upaya damai gagal dan haknya terus terzalimi, maka Islam membenarkan tindakan yang lebih tegas dalam mempertahankan diri.
Kesimpulan
Mengatasi bullying di sekolah dengan cara Islam membutuhkan pendekatan yang holistik, yaitu dengan mengedepankan akhlak mulia, menegakkan keadilan, serta menciptakan lingkungan yang Islami. Pendidikan tentang akhlak harus menjadi bagian penting dari kurikulum sekolah, sehingga santri tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga memahami pentingnya sikap menghormati dan menyayangi sesama. Dengan mengikuti tuntunan Al-Quran, Hadis, serta pandangan ulama salaf, bullying di sekolah dapat dicegah dan diatasi secara efektif.
Abu Laits Rizki Hidayat